Review Buku - Tangan Emas J.K. Rowling karya Alex Jemiah S.

Buku berjudul Tangan Emas J.K Rowling yang ditulis oleh Alex Jemiah ini mengungkap rahasia-rahasia ang dimiliki dibalik dahsyatnya film Harry Potter yang ditulisnya. Melalui penceritaan sejak dari kisah kehidupan J.K. Rowling yang penuh dengan lika-liku kehidupan, buku ini membeberkan secara gamblang rahasia sukses seorang penulis dalam mencintai tulisannya itu sendiri.

Pada mulanya dikisahkan mengenai kehidupan Rowling yang begitu  memiliki banyak peristiwa dan kenyataan kegetiran hidup yang juga dialami oleh banyak orang pada umumnya seperti, kegagalan, kemiskinan, keputusasaan dan kesulitan hidup lainnya. Namun masalah itu tidak menyururtkan mimpinya untuk menata hidupnya menjadi penulis. Semenjak pindah ke Tutshill dan bersekolah di Wyedean Comprehensive, ia merupakan siswi yang pemalu dan tidak memiliki bakat alami khusus. Kecuali hanya mencintai sastra.

Bahkan setelah lulus dari bangku kuliah dengan mengambil jurusan bahasa Perancis di Exeter University, ia meniti karir menjadi sekretaris. Di dunia perkantoran tempatnya bekerja, ia digambarkan menjadi sekretaris terburuk yang pernah ada. Pasalnya, ketika ditugaskan menjadi notulen pada saat rapat untuk mencatat hal-hal penting, ia justru menuliskan cerita pendek dan sama sekali tidak bisa fokus pada jalannya rapat.  Kemudian ia pindah ke Portugal menjadi guru bahasa Inggris dan menikah dengan Jorge Arantes seorang wartawan berasalh dari Portugis. Dari pernikahannya ini, tahun 1993 ia dianugerahi anak perempuan yang bernama Jessica.

Buku Harry Potter merupakan karya emasnya yang dibilang mampu mendulang sukses di seluruh penjuru dunia. Tercatat karya ini telah diterjemahkan ke dalam 61 bahasa dan terjual lebih dari 250 juta eksemplar di 200 negara, setiap serinya mencatatkan jejak yang luar biasa. Dan buku kelima yang berjudul Harry Potter and the Order of The Phoenix memecahkan ekor sebagai buku terlaris sepanjang masa.

Awalnya, imajinasi mengenai Harry Potter ini muncul ketika Rowling sedang melakukan perjalanan kereta dari Manchaster ke London pada tahun 1990. Lalu, hari-hari selanjutnya ia pergunakan untuk memikirkan plot, rangkaian peristiwa, dan menyelesaikan Harry Potter dalam kurun waktu yang sangat lama. Ketika bercerai dengan suaminya, Rowling mendapati pahitnya hidup dalam desakan kehidupan yang semakin menghimpit. Belum lagi ia harus terus bertahan hidup demi Jessica. Akhirnya ia melanjutkan Harry Potter dan berupaya untuk menerbitkannya sampai ia ditolak oleh 14 penerbit dan karya tersebut baru diterbitkan oleh penerbit ke-15. Dari kehidupan sehari-harinya inilah kemudian ia mendapatkan banyak inspirasi cerita tentang Harry Potter, seperti tokoh Dementor yang didapatkannya dari sebuah desakan hidup yang menakutkan.

Dalam penulisannya, Rowling membekali dirinya dengan banyak bacaan dan studi yang dilakukan berdasarkan pengalaman hidupnya. Kemampuannya menciptakan imajinasi sihir dalam cerita agaknya menjadi jitu ketika semasa hidupnya dilatarbelakangi oleh dua hal yaitu kota Edinburg tempatnya tinggal, dan juga Universitas Exeter tempatnya menuntut ilmu. Kedua tempat itu, ditelaah merupakan tempat yang dikenal dekat dengan pengetahuan ilmu sihir, di mana Kabbalah (ritual osirian Mesir Kuno) menjai sumber utamanya.

Selain itu, rahasia yang menjadi kunci sukses J.K. Rowling adalah kegemarannya membaca sejak kecil yang enjadikannya telah menghabiskan banyak buku-buku cerita sejak masih muda. Kemudian, ia pun gemar mempelajari bahasa yang berasal dari buku-buku yang dibacanya. Bahasa yang variatif digunakan pada karyanya menjadikannya tahu dan paham bagaimana membangun bahasa yang baik dalam sebuah cerita yang rumit dan memiliki rangkaian peristiwa kompleks. Ketiga, adalah inspirasi yang dimilikinya yang merupakan gagasan di alam bawah sadar dan selalu menuntutnya untuk dapat dikeluarkan dalam bentuk tulisan besar. Lalu, kepintarannya dalam mencari waktu untuk menulis. Biasanya waktu yang digunakan Rowling untuk menulis adalah pagi dan malam hari. Malam hari ketika semua sedang tertidur, sehingga suasana sunyi mampu menyajikan berbagai ide bebas muncul dan berlarian dalam pikirannya. Sementara pagi hari, ketika semua hal masih segar dan belum tercampur dengan hal-hal yang terjadi pada hari itu.

Terakhir, ketika seri terakhir terbit, semua orang menjadi penasaran dan bertanya-tanya apakah ini strategi pasar untuk melariskan buku ataukah ini memang kisah terakhir Harry Potter? Nyatanya, Rowling tetap menulis beberapa novel kemudian, yang bertema suatu hal yang realis. Beberapa novel selanjutnya tetap berisi, seperti The Casual Vacancy. Namun, seperti halnya Harry Potter, novel selanjutnya tetap merupakan suatu gambaran intelektualitas dari seorang penulis besar. Ia membaca segala macam buku dan menjadikan segala sesuatu di lingkungan hidupnya adalah pelajaran.

Komentar

Postingan Populer